Minggu, 28 Mei 2017

Banggalah Jadi orang NU

Lantaran Logo dan Foto Tokoh NU

Jombang, NU Online
Pengasuh PPMQ Al-Qolam Papua Barat Ustadz Darto Syaifudin memiliki pengalaman pribadi terkait logo NU dan foto beberapa tokohnya seperti Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari dan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

Karena mendirikan pesantren, Ustadz Darto hendak diusir bahkan dibunuh warga sekitar. Ia dianggap ikut serta menyebarkan paham-paham Islam keras yang tak disukai mereka. Namun urung diusir karena di pesantrennya terdapat logo NU dan tokohnya.

Alumni Madrasatul Qur'an Tebuireng (MQ) ini merantau ke ujung timur Indonesia, Papua Barat, tahun 2000. Di sana ia mulai aktivitas dengan pekerjaannya sebagai penjual ayam. Langganannya adalah warga pendatang dan asli.

Namun, dalam melakukan penyembelihan, menurut dia, mereka masih belum sempurna secara syar'i. Ia sedikit demi sedikit memberi arahan sebagaimana ajaran Islam yang benar dalam penyembelihan.

“Alhamdulillah berhasil dan banyak yang mulai meniru,” katanya Jumat (26/5).

Di Papua Barat, Muslim sangat minoritas. Islam yang minoritas ini pun didominasi aliran garis keras yang gampang mengafirkan kalangan Islam sendiri yang tak sehaluan dengan mereka apalagi orang non-Muslim. Sehingga masayarakat asli merasa terusik.

Kondisi ini kemudian menjadi hantu saat awal pembangunan PPMQ Al-Qalam. Mereka menolak berdirinya PPMQ Al-Qalam. Pasalnya Ustadz Darto Syaifudin sebagai bagian Islam garis keras.

Sikap penolakan mereka tidak tanggung, Majelis Rakyat Papua mengepung sekitar pondok dengan dengan membawa berbagai macam senjata tajam  seperti tombak, panah, parang dan sebagainya.

Tak lama kemudian, mereka langsung masuk ke ruang utama pondok. Di saat itulah mereka melihat logo NU, foto Gus Dur, kalender Tebuireng dan MQ, foto Mbah Hasyim Asy’ari.

Aneh, kepala suku mereka tak melakukan apa-apa, malah kemudian berteriak:

"Berhenti, kau punya pesantren ada hubungan apa dengan Tebuireng dan foto-foto ini?" ungkapnya dengan menirukan logat mereka.

"Saya diam tidak menjawab karena memang kondisi saat itu mencekam. Akhirnya mereka meletakkan senjata, duduk dengan hormat mengikuti kepala suku besarnya. Mereka berteriak:  ‘Gus Dur... Gus Dur,.. Kita punya orang tua NU kita punya Saudara’,” sambung dia.

Pada saat itu juga tanpa diduga, niat mereka tiba-tiba menjadi baik dan mulia. Mereka menyatakan kepada Ustadz Darto akan menjaga pesantrennya. "Pak Ustadz, mulai detik ini kami yang menjaga pesantren ini, kami yang jaga, lalu mereka berteriak bersama-sama tanda mendukung. Alhamdulillah sampai detik ini pesantren kita berdiri dengan dukungan mereka juga”, tuturnya.

Menurut dia, ridho dan doa guru-guru kita di pondok pesantrn sangatlah penting saat mengamalkan ilmu.

“Sekali lagi, berpeganglah pada Al-Qur’an dan berdakwalah dengan akhlak yang sejuk,” Pesan dia. (Syamsul Arifin/Abdullah Alawi)

 

Sumber : NU Online

Share:

Rabu, 22 Juni 2016

konfrensi PAC tempurejo di kantor MWC NU tempurejo

Share:

drumband ,emya,but romadhon dan imtihan di masjid al-huda sidodadi

Share:

Kamis, 31 Maret 2016

Mars Banser

Izinkan ayah Izinkan ibu
Relakan kami pergi berjuang
Dibawah kibaran bendera NU
Majulah ayo maju serba serbu (serbu)
         
Tidak kembali pulang
Sebelum kita yang menang
Walau darah menetes di medan perang
Demi agama ku rela berkorban
Maju ayo maju ayo terus maju
Singkirkanlah dia dia dia
Kikis habislah mereka
Musuh agama dan ulama
Wahai barisan Ansor serbaguna
Dimana engkau berada (disini)
Teruskanlah perjuangan
Demi agama ku rela berkorban
Share:

sejarah banser dan ansor

Sejarah lahirnya GP Ansor tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang kelahiran dan gerakan NU itu sendiri. Tahun 1921 telah muncul ide untuk mendirikan organisasi pemuda secara intensif. Hal itu juga didorong oleh kondisi saat itu, di mana-mana muncul organisasi pemuda bersifat kedaerahan seperti, Jong Java, Jong Ambon, Jong Sumatera, Jong Minahasa, Jong Celebes dan masih banyak lagi yang lain.
Dibalik ide itu, muncul perbedaan pendapat antara kaum modernis dan tradisionalis. Disebabkan oleh perdebatan sekitar tahlil, talkin, taqlid, ijtihad, mazhab dan masalah furuiyah lainnya. Tahun 1924 KH. Abdul Wahab membentuk organisasi sendiri bernama Syubbanul Wathan (pemuda tanah air). Organisasi baru itu kemudian dipimpin oleh Abdullah Ubaid (Kawatan) sebagai Ketua dan Thohir Bakri (Peraban) sebagai Wakil Ketua dan Abdurrahim (Bubutan) selaku sekretaris.
Setelah Syubbanul Wathan dinilai mantap dan mulai banyak remaja yang ingin bergabung. Maka pengurus membuat seksi khusus mengurus mereka yang lebih mengarah kepada kepanduan dengan sebutan “ahlul wathan”. Sesuai kecendrungan pemuda saat itu pada aktivitas kepanduan sebagaimana organisasi pemuda lainnya.[2]
Setelah NU berdiri (31 Januari 1926), aktivitas organisasi pemuda pendukung KH. Abdul Wahab (pendukung NU) agak mundur. Karena beberapa tokoh puncaknya terlibat kegiatan NU. Meskipun demikian, tidak secara langsung Syubbanul Wathan menjadi bagian (onderbouw) dari organisasi NU.
Atas inisiatif Abdullah Ubaid, akhirnya pada tahun 1931 terbentuklah Persatuan Pemuda Nahdlatul Ulama (PPNU). Kemudian tanggal 14 Desember 1932, PPNU berubah nama menjadi Pemuda Nahdlatul Ulama (PNU). Pada tahun 1934 berubah lagi menjadi Ansor Nahdlatul Oelama (ANO). Meski ANO sudah diakui sebagai bagian dari NU, namun secara formal organisasi belum tercantum dalam struktur NU, hubungannya masih hubungan personal.
Ansor dilahirkan dari rahim Nahdlatul Ulama (NU) dari situasi ‘’konflik'’ internal dan tuntutan kebutuhan alamiah. Berawal dari perbedaan antara tokoh tradisional dan tokoh modernis yang muncul di tubuh Nahdlatul Wathan, organisasi keagamaan yang bergerak di bidang pendidikan Islam, pembinaan mubaligh, dan pembinaan kader. KH Abdul Wahab Hasbullah, tokoh tradisional dan KH Mas Mansyur yang berhaluan modernis, akhirnya menempuh arus gerakan yang berbeda justru saat tengah tumbuhnya semangat untuk mendirikan organisasi kepemudaan Islam.
Dua tahun setelah perpecahan itu, pada 1924 para pemuda yang mendukung KH Abdul Wahab ,yang kemudian menjadi pendiri NU membentuk wadah dengan nama Syubbanul Wathan (Pemuda Tanah Air). Organisasi inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya Gerakan Pemuda Ansor setelah sebelumnya mengalami perubahan nama seperti Persatuan Pemuda NU (PPNU), Pemuda NU (PNU), dan Anshoru Nahdlatul Oelama (ANO).
Nama Ansor ini merupakan saran KH. Abdul Wahab (ulama besar sekaligus guru besar kaum muda saat itu), yang diambil dari nama kehormatan yang diberikan Nabi Muhammad SAW kepada penduduk Madinah yang telah berjasa dalam perjuangan membela dan menegakkan agama Allah. Dengan demikian ANO dimaksudkan dapat mengambil hikmah serta tauladan terhadap sikap, perilaku dan semangat perjuangan para sahabat Nabi yang mendapat predikat Ansor tersebut. Gerakan ANO (yang kelak disebut GP Ansor) harus senantiasa mengacu pada nilai-nilai dasar Sahabat Ansor, yakni sebagi penolong, pejuang dan bahkan pelopor dalam menyiarkan, menegakkan dan membentengi ajaran Islam. Inilah komitmen awal yang harus dipegang teguh setiap anggota ANO (GP Ansor).
Meski ANO dinyatakan sebagai bagian dari NU, secara formal organisatoris belum tercantum dalam struktur organisasi NU. Hubungan ANO dengan NU saat itu masih bersifat hubungan pribadi antar tokoh. Baru pada Muktamar NU ke-9 di Banyuwangi, tepatnya pada tanggal 10 Muharram 1353 H atau 24 April 1934, ANO diterima dan disahkan sebagai bagian (departemen) pemuda NU dengan pengurus antara lain: Ketua H.M. Thohir Bakri; Wakil Ketua Abdullah Oebayd; Sekretaris H. Achmad Barawi dan Abdus Salam (tanggal 24 April itulah yang kemudian dikenal sebagai tanggal kelahiran Gerakan Pemuda Ansor).
Dalam perkembangannya secara diam-diam khususnya ANO Cabang Malang mengembangkan organisasi gerakan kepanduan yang disebut Banoe (Barisan Ansor Nahdlatul Oelama) yang kelak disebut BANSER (Barisan Serbaguna). Dalam Kongres II ANO di Malang tahun 1937. Di Kongres ini, Banoe menunjukkan kebolehan pertamakalinya dalam baris berbaris dengan mengenakan seragam dengan Komandan Moh. Syamsul Islam yang juga Ketua ANO Cabang Malang. Sedangkan instruktur umum Banoe Malang adalah Mayor TNI Hamid Rusydi, tokoh yang namaya tetap dikenang dan bahkan diabadikan sebagai salah satu jalan di kota Malang.
Salah satu keputusan penting Kongres II ANO di Malang tersebut adalah didirkannya Banoe di tiap cabang ANO. Selain itu, menyempurnakan Anggaran Rumah Tangga ANO terutama yang menyangkut soal Banoe.
Pada masa pendudukan Jepang organisasi-organisasi pemuda diberangus oleh pemerintah kolonial Jepang termasuk ANO. Setelah revolusi fisik (19451949) usai, tokoh ANO Surabaya, Moh. Chusaini Tiway, melempar mengemukakan ide untuk mengaktifkan kembali ANO. Ide ini mendapat sambutan positif dari KH. Wachid HasyimMenteri Agama RIS kala itu, maka pada tanggal 14 Desember 1949 lahir kesepakatan membangun kembali ANO dengan nama baru Gerakan Pemuda Ansor, disingkat Pemuda Ansor (kini lebih pupuler disingkat GP Ansor).
GP Ansor hingga saat ini telah berkembang sedemikan rupa menjadi organisasi kemasyarakatan pemuda di Indonesia yang memiliki watak kepemudaan, kerakyatan, keislaman dan kebangsaan. GP Ansor hingga saat ini telah berkembang memiliki 433 Cabang (Tingkat Kabupaten/Kota) di bawah koordinasi 32 Pengurus Wilayah (Tingkat Provinsi) hingga ke tingkat desa. Ditambah dengan kemampuannya mengelola keanggotaan khusus Banser (Barisan Ansor Serbaguna) yang memiliki kualitas dan kekuatan tersendiri di tengah masyarakat.
Di sepanjang sejarah perjalanan bangsa, dengan kemampuan dan kekuatan tersebut GP Ansor memiliki peran strategis dan signifikan dalam perkembangan masyarakat Indonesia. GP Ansor mampu mempertahankan eksistensi dirinya, mampu mendorong percepatan mobilitas sosial, politik dan kebudayaan bagi anggotanya, serta mampu menunjukkan kualitas peran maupun kualitas keanggotaannya. GP Ansor tetap eksis dalam setiap episode sejarah perjalan bangsa dan tetap menempati posisi dan peran yang stategis dalm setiap pergantian kepemimpinan nasional.
Share:

banser dan ansor tempurejo..






Share:

Selasa, 08 Maret 2016

asalamualaikum.. wr wb.. blog ini saya buat untuk mempublikasikan kegiatan dan acara rutinan yang diadakan oleh organisasi yang bernaung dibawah ormas NU kususnya ansor dan banser kecamatan Tempurejo kabupaten Jember provensi Jawa Timur..
Share:

Cari Blog Ini

Banggalah Jadi orang NU

Lantaran Logo dan Foto Tokoh NU Jombang, NU Online Pengasuh PPMQ Al-Qolam Papua Barat Ustadz Darto Syaifudin memiliki pengalaman pribad...

Visitors

Copyright © Banser Tempurejo | Powered by Blogger Design by PWT | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Distributed By Blogger Templates20